Direktur Eksekutif Nagara Institute sebut sejumlah cara benahi parpol
Jumat,ke hk martabetoto 11 Oktober 2024 17:20 WIB
"Jadi bisa dimulai dengan pembenahan pola rekrutmen dan memperkuat kegiatan kaderisasi partai politik,"
Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif Nagara Institute Akbar Faizal menyebut sejumlah cara untuk membenahi partai politik (parpol) yang bisa dilakukan politikus muda, sehingga dapat meningkatkan kualitas demokrasi dalam berbangsa dan bernegara ke depan.
Ia membeberkan, langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan membenahi pola rekrutmen anggota atau kader parpol guna menjaring penerus yang benar-benar berkualitas, tanpa ada embel-embel kedekatan dengan petinggi partai.
"Jadi bisa dimulai dengan pembenahan pola rekrutmen dan memperkuat kegiatan kaderisasi partai politik," kata Akbar dalam kegiatan dialog multi-stakeholdersecara daring yang diselenggarakan oleh Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI), dengan tema Inklusifitas anak muda dalam partai politik dan regenerasi kepemimpinan nasional; Bagaimana dorongan kebijakan dan advokasiyang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat.
Lebih lanjut dia membeberkan, proses kaderisasi tidak boleh hanya menjadi formalitas saat momentum politik semata, tetapi harus dilakukan secara berkelanjutan sehingga 'otak' para kader terisi dan terdidik dengan isu-isu terkait sosial dan politik.
Selain itu, pengelolaan partai tidak boleh dikuasai oleh segelintir orang atau petinggi partai.
Jika hal itu terjadi, maka kepentingan masyarakat yang ingin diperjuangkan kader partai berpotensi akan selalu berbenturan dengan 'keinginan' oknum petinggi partai atau orang yang menguasai parpol.
"Kemudian, distribusi kader juga harus dibenahi sehingga yang terpilih adalah orang-orang yang berkompeten," ujar mantan wartawan dan politisi itu.
Pemimpin lembaga riset Nagara Institute itu menambahkan, politisi muda tidak boleh hanya mengikut arus saat memutuskan terjun ke dunia politik.
Menurut Akbar, politikus muda harus menciptakan dan merebut kesempatan untuk mengubah realitas atau budaya politik yang cenderung masih ada beberapa yang buruk sebelumnya.
"Politisi muda tidak bisa hanya menunggu, meminta, tetapi harus merebut momentum untuk mengubahnya," ujar pria asal Makassar, Sulawesi Selatan tersebut.
Akbar menambahkan, dengan banyaknya anak muda yang menjadi legislator di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional saat ini, maka sudah seharusnya pembenahan dan semangat pembaruan bisa dilakukan untuk merombak tata kelola partai lebih baik lagi ke depannya.